URDIC 2024 Field Trip ke PT Sentul City Tbk: Meninjau Implementasi Green City dan Pembangunan Berkelanjutan
- Admin
- Berita
PWK, UNPAK - URDIC 2024 Field Trip ke PT Sentul City Tbk: Meninjau Implementasi Green City dan Pembangunan Berkelanjutan
Urban and Regional Development International Conference (URDIC) 2024, yang diselenggarakan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempelajari langsung penerapan konsep Green City dan pembangunan berkelanjutan di PT Sentul City Tbk. Field trip ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari Universitas Teknologi MARA (UiTM), seperti PM Dr. Zaharah M Yusoff dan TPr Dr. Siti Kartina Juhari, bersama dosen dan mahasiswa Universitas Pakuan, serta Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten Bogor, Ir. Edy Mulyadi, MT.
Didampingi oleh Bapak Binsar, Landscape Manager PT Sentul City Tbk, peserta meninjau beberapa lokasi strategis di Sentul City, seperti Danau/Telaga Indah yang berfungsi sebagai ruang terbuka biru untuk pengelolaan air, area Spring City sebagai klaster perumahan baru, serta klaster bertema Bali. Kawasan ini mengimplementasikan konsep Green City yang menyeimbangkan pengembangan perkotaan dengan lingkungan alami, dengan kebijakan 40% ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru.
Sentul City menjaga keberlanjutan lingkungannya dengan mempertahankan kontur alami lahan, yang meminimalisir risiko kerusakan lingkungan akibat penggalian atau perataan tanah yang berlebihan. Selain itu, ruang terbuka hijau di Sentul City mencakup hutan kota dan taman, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga meningkatkan kualitas udara. Sementara itu, ruang terbuka biru seperti danau-reservoir di kawasan ini memiliki peran penting dalam konservasi air dan mitigasi banjir. Sentul City juga memastikan estetika dan keamanan dengan penanaman jaringan kabel listrik di bawah tanah, mengurangi jejak visual dan risiko bagi penghuni.
Perwakilan dari PT Sentul City Tbk, termasuk Bapak Imo Mulyono selaku Deputy Director, Bapak Ardi, Bapak Hendri, dan Bapak Binsar, menyambut antusias para peserta. Mereka menjelaskan berbagai upaya Sentul City dalam mewujudkan lingkungan yang nyaman dan berkelanjutan, dari perencanaan tata ruang hingga penerapan teknologi ramah lingkungan. Bapak Imo Mulyono menyampaikan bahwa Sentul City berkomitmen menjadi contoh kota hijau di Indonesia yang mengedepankan keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam, diharapkan menjadi inspirasi bagi proyek-proyek urban lain di Tanah Air.
Kegiatan 2 Selasa 29 Oktober 2024 : Seminar International
Ada 4 narasumber :
- PM Dr. Zaharah Mohd Yusoff (The Centre of Surveying Science & Geomatics Kolej Alam Bina UiTM Malaysia
- Dr. Siti Kartina Juhari (The Centre of Studies for Town and Regional Planning Kolej Alam Bina UiTM Malaysia
- Ir. Darmawan Lista Cahya, M.Sc (Korwil Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) Jabodetabek)
Dr. Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si (Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan)
Assoc. Prof Dr Zaharah Mohd. Yusof
The Centre of Surveying Science & Geomatics Kolej Alam Bina UiTM Malaysia
Dr. Zaharah menyoroti pentingnya ruang hijau dalam perencanaan kota sebagai elemen utama untuk menciptakan lingkungan sehat dan mendukung kesejahteraan masyarakat. Ruang hijau, menurut beliau, tidak hanya berfungsi sebagai area rekreasi tetapi juga berperan dalam meningkatkan kualitas udara, mendukung kesehatan mental, memperkuat interaksi sosial, serta mengurangi dampak urban heat island—fenomena peningkatan suhu di pusat kota dibandingkan daerah sekitarnya akibat kepadatan bangunan dan minimnya vegetasi.
Dalam upaya mencapai tata kota yang ramah lingkungan, kolaborasi antar-departemen menjadi kunci. Beberapa departemen yang terlibat termasuk Department of National Landscapes, PLANMalaysia, Local Authorities, Local Government and Housing Ministry, serta Urban Sustainability and Green Environment Division. Masing-masing memiliki peran dalam memastikan perencanaan dan pengelolaan ruang hijau yang terpadu, mulai dari pengembangan lansekap hingga regulasi dan kebijakan ruang hijau di tingkat daerah.
Dr. Zaharah juga menekankan bahwa keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan memanfaatkan ruang hijau dapat meningkatkan rasa memiliki serta menciptakan ruang publik yang lebih inklusif. Beliau mencontohkan kota-kota seperti Kuala Lumpur dan Jakarta yang sudah menetapkan standar minimal ruang hijau, meskipun di beberapa wilayah, seperti Puchong, Malaysia, masih ada tantangan dalam distribusi dan aksesibilitas ruang hijau.
TPr Dr Siti Kartina Juhari
The Centre of Studies for Town and Regional Planning Kolej Alam Bina UiTM Malaysia
TPr Dr. Siti Kartina Juhari menekankan pentingnya penerapan *Low Carbon Cities Framework* (LCCF) dalam perencanaan kota guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan menciptakan kota hijau di Malaysia. Beliau menyebutkan bahwa fokus untuk menurunkan emisi karbon di kawasan perkotaan sangat krusial, mengingat kota-kota menyumbang sekitar 80% dari total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia.
LCCF berfungsi sebagai panduan komprehensif bagi otoritas lokal, pengembang, dan masyarakat untuk menekan carbon footprint—atau total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia. Dengan tata kota yang lebih ramah lingkungan, infrastruktur hijau, serta pengelolaan energi dan limbah yang efisien, LCCF membuka jalan menuju kota-kota yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Beberapa strategi utama yang ditekankan dalam LCCF meliputi implementasi konsep kota kompak dan *transit-oriented development* (TOD), yang mengutamakan penggunaan transportasi umum dan efisiensi ruang untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Selain itu, kemitraan antara sektor publik dan swasta menjadi unsur penting dalam memperkuat kapasitas kota dalam menghadapi tantangan lingkungan sekaligus mendukung keberlanjutan sosial dan ekonomi. Menurut Dr. Siti Kartina, LCCF tidak hanya menjadi pedoman untuk pengurangan emisi, tetapi juga memperkuat komitmen menuju kota yang lebih adaptif, inklusif, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Dr Ir Janthy T Hidayat M.Si.
Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pakuan
Dr. Janthy T. Hidayat menyoroti bahwa pesatnya pertumbuhan perkotaan kerap berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan kota. Salah satu cara efektif untuk meningkatkan kualitas lingkungan tersebut adalah dengan memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH memiliki peran krusial dalam mendukung pengembangan kota hijau dan berkelanjutan, tidak hanya dengan memperbaiki iklim mikro di sekitar wilayah perkotaan, tetapi juga melalui penyediaan habitat alami dan pengurangan polusi udara yang signifikan.
Dalam mengevaluasi kondisi vegetasi serta kenyamanan termal suatu area, digunakan Indikator Vegetasi Normalisasi (Normalized Difference Vegetation Index atau NDVI). Menurut Dr. Janthy, NDVI dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai tingkat kepadatan vegetasi. Semakin tinggi nilai NDVI suatu kawasan, semakin baik pula tingkat kenyamanan termal yang dirasakan di area tersebut. Ini menunjukkan bahwa kepadatan vegetasi yang tinggi secara langsung berkontribusi pada penurunan suhu dan peningkatan kualitas udara.
Dengan demikian, Dr. Janthy menekankan pentingnya peningkatan ruang hijau di kota-kota yang tengah berkembang, baik melalui kebijakan tata kota maupun partisipasi masyarakat. Langkah ini tidak hanya memperbaiki kualitas lingkungan secara keseluruhan tetapi juga memperkuat daya tahan kota dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Dr Darmawan Listya Cahya, ST., MURP., MPA.
Korwil Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) Jabodetabek)
Dr. Darmawan LC memaparkan pentingnya penerapan *Nature-based Solutions* (NbS) dalam menciptakan kota yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim. NbS adalah pendekatan yang memanfaatkan proses alami untuk mengatasi berbagai tantangan sosial, seperti dampak perubahan iklim dan penurunan keanekaragaman hayati. Dengan mengintegrasikan solusi berbasis alam dalam perencanaan dan desain kota, NbS membantu menciptakan lingkungan urban yang lebih ramah lingkungan, sambil meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dr. Darmawan juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mencapai visi kota hijau yang seimbang antara kebutuhan manusia dan alam.
Dalam konteks perencanaan kota, NbS menawarkan manfaat yang signifikan, seperti penyaringan air hujan, pengurangan polusi udara, serta penciptaan habitat bagi flora dan fauna. Beberapa kota global telah berhasil menerapkan NbS sebagai bagian dari infrastruktur perkotaan mereka. Contohnya adalah Singapura yang secara komprehensif mengembangkan infrastruktur hijau, serta New York City dengan proyek *High Line*, yang mengubah jalur kereta lama menjadi ruang publik hijau. Pendekatan ini memungkinkan kota menjadi lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan menyediakan layanan ekosistem yang penting bagi warganya.
Dr. Darmawan menyimpulkan bahwa NbS adalah kunci utama untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di perkotaan. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, mendorong keterlibatan dalam implementasi NbS, serta menyediakan dukungan kebijakan dan pembiayaan yang tepat, kita dapat menciptakan masa depan kota yang lebih hijau dan layak huni. Seperti dikatakan Dr. Darmawan, "Mari kita jaga alam kita, maka alam akan menjaga kita."
Penandatanganan Implemtation Agreement (IA)
Pada kesempatan ini pula Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan melakukan penandatanganan Implementation Agreement (IA) yang memuat rincian rencana pelaksanaan kegiatan kerja sama antara Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan dengan beberapa pihak strategis. Pihak-pihak tersebut adalah: 1) The Centre of Surveying Science & Geomatics, UiTM; 2) The Centre of Studies for Town and Regional Planning, UiTM; serta 3) Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia wilayah Jabodetabek.
Melalui IA ini, diharapkan terjalin kolaborasi yang lebih terstruktur dalam bidang riset, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat, yang dapat mendukung pengembangan ilmu dan praktik perencanaan wilayah dan kota yang berkualitas di tingkat nasional maupun internasional.